Tidak akan ada yang pernah tahu seberapa peliknya hidup Anda kecuali Allah SWT. Meskipun demikian, ada satu kehilangan yang terindah yaitu saat rasa kehilangan yang membuat Anda menemukan Allah SWT. Ketika hal ini terjadi, mungkin itu adalah hidayah Allah SWT yang sedang mengetuk pintu hati Anda.
Sekuat apapun Anda berusaha menceritakan dan menjelaskan kepada orang, tidak akan ada yang memahaminya jika Allah SWT tidak menghendaki. Anda boleh sedih dan merangkul setiap rasa yang ada, setelah itu beranjaklah untuk melakukan hal bermakna.
Selain jarang disadari, terkadang seseorang juga tidak mudah untuk menerima kesalahan dari konflik yang telah terjadi. Bahkan tidak jarang yang berusaha menutupi konflik dengan konflik berikutnya. Hingga akhirnya konflik itu terus menumpuk menjadi sebuah timbunan besar yang sulit untuk diurai.
Mengatasi Konflik
Setelah mengalami sebuah konflik, biasanya seseorang akan merasa tidak nyaman. Momentum tersebut dapat Anda gunakan untuk merefleksikan diri. Berikut ini beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi konflik.1. Identifikasi Kesalahan
Karena ada kemungkinan bahwa seseorang tidak menyadari kesalahan yang telah diperbuat, lakukanlah evaluasi setelah terjadi konflik. Anda bisa melakukannya dengan menanyakan kepada diri sendiri, "Kesalahan apa yang sudah saya lakukan?"Setelah pertanyaan pertama terjawab, cobalah untuk menggali lebih dalam lagi mengapa Anda melakukan kesalahan tersebut. Tidak semua orang bisa menemukan jawaban dari pertanyaan ini. Pasalnya, terkadang alasan mendasarnya adalah luka masa kecil yang menemani dia sampai usianya saat ini.
Walaupun lukanya menemani bertahun-tahun, namun karena kurang diperhatikan, maka orang itu tidak akan menyadari keberadaannya dan cenderung untuk mengabaikannya. Padahal dengan bisa menemukan dan mengakui keberadaanyalah Anda akan mampu untuk mengidentifikasi secara menyeluruh kesalahan yang telah dilakukan.
2. Fokus Pada Solusi
Setelah mampu mengidentifikasi permasalahan secara menyeluruh, lalu fokuskanlah pada solusi-solusi yang sekiranya dapat memperbaiki kesalahan tersebut. Anda juga perlu mempersiapkan beberapa alternatif lainnya untuk mengeksekusi solusi tersebut.Kemudian cobalah untuk mempraktikan alternatif-alaternatif tersebut pada lingkungan yang kondusif, sehingga besar kemungkinannya agar dapat terealisasi. Jika dirasa tidak menemukan lingkungan yang kodusif, maka Anda perlu melakukan kerja ekstra untuk mewujudkannya.
Memperbaiki keadaan dari sebuah konflik menjadi solusi yang penuh kedamaian bukanlah hal mudah. Anda harus bisa mengelola diri sendiri terlebih dahulu lalu barulah berusaha untuk melakukan realisasikannya dengan baik.
3. Terapkan Nilai-nilai Tauhid
Solusi yang dilakukan berpeluang untuk berhasil ataupun sebaliknya. Apapun hasilnya, Anda perlu melandaskannya kepada tauhid. Fokuskan pada diri sendiri dan ingat materi tentang tauhid, bahwa segala yang terjadi di dunia dan akhirat ini berada dalam kekuasaan Allah SWT. Dengan begitu Anda bisa lebih mudah menerima hasilnya.Tidak mudah memang memaafkan ataupun meminta maaf untuk hal-hal yang melanggar prinsip Anda selama ini. Tapi semakin mempermasalahkan dan stuck hanya akan merugikan diri Anda. Memaafkan dan melupakan adalah hal yang berbeda. Meskipun memaafkan bukanlah hal mudah, akan tetapi hal ini agaknya lebih mudah dari pada melupakan.
Pasalnya, setiap hal yang terjadi akan tersimpan di dalam otak, entah itu di alam sadar atau alam bawah sadar. Namun rasa sakit, kecewa, marah, takut, dan sedih yang pernah dialami atas suatu peristiwa mungkin akan menjadi awal bagi seseorang untuk merubah arah perjalanan hidupnya.
Pada intinya, yang terpenting bukanlah melupakan melainkan memaafkan. Alih-alih melupakan, ada hal yang lebih masuk akal untuk menjadi fokus yaitu memastikan apakah rasa yang timbul saat itu sudah bisa dirubah atau belum.
Biasanya seseorang akan lebih mudah memaafkan saat sudah memahami alasan mendasar kenapa sebaiknya dia memaaafkan terlebih dahulu. Vie perlu mengetahui dan memastikan apakah sudah memaafkan atau belum. Salah indikatornya yaitu jika belum memaafkan maka ketika semua hal berkaitan dengannya terlintas di sekitar Anda maka akan muncul reaksi fisik ataupun psikis seperti rasa tidak nyaman atau marah.
Nilai-nilai tentang Tauhid untuk Mengatasi Konflik
Pada dasarnya, ilmu tauhid merupakan landasan utama dalam beragama. Mempraktikkan nilai-nilai tauhid dalam mengatasi konflik akan membuat Anda menjadi lebih mudah dalam menyelesaikannya.Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah atas izin Allah SWT. Dan apapun yang terjadi adalah hal terbaik untuk makhluk-Nya. Tugas manusia adalah melakukan hal-hal terbaik yang bisa dilakukannya. Pasalnya, sekuat apapun seseorang untuk memberi manfaat maka dia tidak akan bisa melakukannya.
Begitu pula saat seseorang bersikeras memberikan keburukan kepada orang lain, maka keburukan itu tidak akan mampu menimpanya jika Allah SWT tidak berkehendak. Jika hal yang Anda lalui terasa sangat menyedihkan, yakinkan diri bahwa bagi umat muslim segala sesuatu yang terjadi padanya adalah hal terbaik yang telah digariskan.
Entah nantinya memberi hikmah yang akan meningkatkan kualitas hidup atau memberikan kebahagiaan yang lebih dari apa yang diharapkan. Yang jelas, sebagai manusia wajib hukumnya untuk menyandarkan segala sesuatunya kepada Allah SWT.
Supaya tidak salah paham, perlu diketahui bahwa setiap orang diperintahkan untuk berterima kasih kepada orang yang menjadi sebab datangnya kenikmatan tersebut. Akan tetapi jangan sampai ketika mendapatkan kenikmatan dari Allah SWT kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada selain Allah. Misalnya yaitu dengan ungkapan, "Untung ada si X, kita jadi bisa makan." Padahal sesungguhnya itu hadir karena Allah SWT yang memberikan kenikmatan rezeki.
Segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah milik Allah SWT, maka kembalikanlah semua itu kepada-Nya. Saat ada hal-hal diluar kendali dan tidak bisa Anda kontrol, maka serahkanlah kepada Allah SWT.
Namun keputusan akhir tentang bagaimana cara mengatasi konflik adalah hak prerogatif Anda. Tentunya keputusan yang akan dibuat telah mempertimbangkan masa lalu, gaya hidup, nilai-nilai yang dianut, pengalaman, dan situasi yang terlibat.
Post a Comment
Post a Comment