Bahan Pengawet Alami
Pengertian pengawet alami sendiri merupakan pengawet yang berasal dari bahan-bahan yang ada di alam, sehingga tidak mengandalkan zat kimia buatan/sintetis untuk pengawetan. Bahan pengawet alami sejatinya lebih aman untuk digunakan dalam jangka panjang.Pada penerapannya, penggunaan bahan pengawet alami akan membutuhkan lebih banyak effort dibandingkan pengawet sintetis. Pengalaman seputar pengawet bisa Anda peroleh dari ulasan para travel blogger Indonesia. Meski demikian, tidak ada salahnya jika Anda mengenal beberapa bahan pengawet alami berikut ini.
Pengawetan menggunakan garam akan menghambat mikroorganisme secara selektif. Yang mana penambahan garam akan meningkatkan nilai WHC (Water Holding Capacity).
WHC merupakan kemampuan protein yang terdapat pada daging untuk mengikat kandungan air selama daging itu mengalami proses pengolahan. Menurut penelitian, kadar yang efektif untuk pengawetan menggunakan garam yaitu 1,1%.
Penggunaan garam sebagai pengawet makanan sebaiknya dibatasi karena konsumsi garam berlebih dapat berdampak negatif pada kesehatan. Anda dapat mengawetkan makanan menggunakan garam dengan cara membuat larutan garam dan merendam makanan di dalamnya.
Contoh pengawetan dengan metode ini adalah proses pengasinan untuk ikan atau daging, serta pembuatan makanan fermentasi seperti sauerkraut. Pastikan untuk mengikuti petunjuk yang tepat dan memperhatikan proporsi garam agar tidak terlalu tinggi.
Dengan tekanan osmotiknya yang tinggi, gula dapat menyebabkan plasmolisis mikroba (proses penyusutan protoplasma dinding sel bakteri). Pada salah satu studi diperoleh hasil bahwa konsentrasi gula yang dianggap efektif untuk dijadikan pengawet yaitu sebesar 0,9%.
Penggunaan gula sebagai pengawet makanan dapat dilakukan dengan membuat sirup gula atau konsentrat gula. Makanan seperti buah-buahan dan sayuran dapat direndam atau diasinkan dalam sirup gula untuk memperpanjang umur simpannya.
Gunakan proporsi yang tepat dan pastikan gula larut sepenuhnya dalam larutan. Perlu diingat bahwa penggunaan gula sebagai pengawet harus dilakukan dengan bijak karena konsumsi gula yang berlebihan juga bisa memberikan dampak tidak baik.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan dengan cara memasukkan potongan daging buah kelapa kedalam larutan gula 55%, diperoleh hasil bahwa daging buah kelapa muda bisa bertahan sampai 6 minggu. Prosesnya yaitu daging buah kelapa yang sudah dicuci, dipotong-potong dimasukkan ke dalam larutan gula lalu dikemas dalam botol jar. Selanjutnya dilakukan proses pasteurisasi, sterilisasi, dan penyimpanan.
Selain asam sitrat, jeruk nipis memiliki kandungan flavonoid terbesar dari senyawa fenol yang paling efektif menghambat pertumbuhan virus, jamur, dan bakteri. Pengawetan makanan menggunakan jeruk nipis telah dibuktikan pada dua jenis makanan, yaitu bolu dan nasi.
Metode pengawetan yang dilakukan pada pembuatan bolu gulung jagung yaitu dengan menambahkan 4% jeruk nipis ke dalam adonan. Cara ini telah diteliti dapat mempertahankan kualitas bolu hingga 6 hari penyimpanan. Sedangkan pada nasi, cara ini dapat menjaga kualitasnya hingga 4 hari atau sekitar 96 jam.
Ekstraksi kayu manis yang paling efektif untuk menggunakannya sebagai bahan pengawet yaitu pada konsentrasi 50%. Konsentrasi tersebut dapat menghambat pembusukan ikan bandeng selama 1 x 24 jam dalam suhu ruangan.
Anda perlu mendapatkan ekstraksi kulit kayu manis menggunakan larutan etanol pro analisis sebagai pelarutnya untuk mendapatkan minyak atsiri yang terdapat di dalam kayu manis. Sayangnya, penggunaan metode ini kemungkinan besar akan menghasilkan ekstrak kayu manis yang mengandung alkohol. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Dari beberapa penelitian lainnya menyatakan bahwa rempah-rempah seperti lengkuas, kunyit, dan jahe dapat dijadikan pengawet alami. Disamping itu, tumbuhan yang menghasilkan cita rasa asam pada masakan juga dapat memberikan efek segar dan mampu mengawetkan makanan, terutama pada daging.
Tumbuhan lainnya yang dapat digunakan sebagai pengawet yaitu lengkuas, asam kandis, asam jawa, jeruk nipis, jeruk purut, boncik, rimpang tapai, nasi dingin, rebung asam, pekasam sawi, tempoyak, terong asam, dan lain sebagainya.
Banyaknya sumber daya alam yang dimiliki oleh negara kita ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan pengawet alami oleh rakyat dan pemerintah Indonesia. Saat bisa mengawetkan makanan dengan bahan alami, maka kualitas Sumber Daya Manusia di negara kita pun akan membaik.
Ratnasari, Zainona, Ace Baehaki, dan Agus Supriadi. (2014). Penggunaan Garam, Sukrosa, dan Asam Sitrat Konsentrasi Rendah untuk Mempertahankan Mutu Fillet Ikan Gabus (Channa striata) yang Disimpan pada Suhu 4oC. Fishtech. Volume III. Nomor 01. Diakses 30 November 2023 dari Universitas Sriwijaya. ejournal.unsri.ac.id.
Sholahuddin, Muhammad Athoillah. (2020). Aplikasi Madu sebagai Bahan Halal Pengganti Pengawet Berformalin Produk Fillet Ikan pada Masa Transportasi. Journal of Halal Product and Research. Diakses 30 November 2023 dari Universitas Airlangga. e-journal.unair.ac.id.
Srimanunggal, Reka Rahayu., Djoko Windu P. Irawan, Budi Yulianto, dan Denok Indraswati. (2021). Efektivitas Ekstrak Kulit Kayu Manis sebagai Bahan Pengawet Alami pada Ikan Bandeng (Chanos chanos). Diakses 01 Desember 2023 dari Poltekkes Kemenkes Surabaya. repo.poltekkesdepkes-sby.ac.id.
Yanti, Hikma., Addrian Advinda, dan Gusti Eva Tavita. (2023). Pemanfaatan Tumbuhan Rempah dan Bumbu Tradisional oleh Masyarakat Desa Sebuduh Kecamatan Kembayan Kabupaten Sanggau. Jurnal Hutan Lestari. Diakses 02 Desember 2023 dari Universitas Tanjungpura.
Garam
Garam merupakan bumbu yang harus selalu tersedia di dapur. Dengan menambah sedikit garam akan menguatkan cita rasa dari setiap masakan Anda. Selain sebagai bumbu di menu harian, garam juga terlah terbukti dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami.Pengawetan menggunakan garam akan menghambat mikroorganisme secara selektif. Yang mana penambahan garam akan meningkatkan nilai WHC (Water Holding Capacity).
WHC merupakan kemampuan protein yang terdapat pada daging untuk mengikat kandungan air selama daging itu mengalami proses pengolahan. Menurut penelitian, kadar yang efektif untuk pengawetan menggunakan garam yaitu 1,1%.
Penggunaan garam sebagai pengawet makanan sebaiknya dibatasi karena konsumsi garam berlebih dapat berdampak negatif pada kesehatan. Anda dapat mengawetkan makanan menggunakan garam dengan cara membuat larutan garam dan merendam makanan di dalamnya.
Contoh pengawetan dengan metode ini adalah proses pengasinan untuk ikan atau daging, serta pembuatan makanan fermentasi seperti sauerkraut. Pastikan untuk mengikuti petunjuk yang tepat dan memperhatikan proporsi garam agar tidak terlalu tinggi.
Gula
Tahukah Vie, disamping ketenarannya yang memberikan rasa manis, gula juga telah diteliti sebagai bahan alami yang bisa digunakan untuk mengawetkan makanan.Dengan tekanan osmotiknya yang tinggi, gula dapat menyebabkan plasmolisis mikroba (proses penyusutan protoplasma dinding sel bakteri). Pada salah satu studi diperoleh hasil bahwa konsentrasi gula yang dianggap efektif untuk dijadikan pengawet yaitu sebesar 0,9%.
Penggunaan gula sebagai pengawet makanan dapat dilakukan dengan membuat sirup gula atau konsentrat gula. Makanan seperti buah-buahan dan sayuran dapat direndam atau diasinkan dalam sirup gula untuk memperpanjang umur simpannya.
Gunakan proporsi yang tepat dan pastikan gula larut sepenuhnya dalam larutan. Perlu diingat bahwa penggunaan gula sebagai pengawet harus dilakukan dengan bijak karena konsumsi gula yang berlebihan juga bisa memberikan dampak tidak baik.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan dengan cara memasukkan potongan daging buah kelapa kedalam larutan gula 55%, diperoleh hasil bahwa daging buah kelapa muda bisa bertahan sampai 6 minggu. Prosesnya yaitu daging buah kelapa yang sudah dicuci, dipotong-potong dimasukkan ke dalam larutan gula lalu dikemas dalam botol jar. Selanjutnya dilakukan proses pasteurisasi, sterilisasi, dan penyimpanan.
Jeruk Nipis
Jeruk nipis mengandungan asam sitrat yang berkisar 7 sampai 7,6% dan kegunaannya sebagai anti mikroba yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Akan tetapi hal ini perlu diperkuat dengan proses pengawetan tambahan menggunakan bahan pangan sejenis lainnya.Selain asam sitrat, jeruk nipis memiliki kandungan flavonoid terbesar dari senyawa fenol yang paling efektif menghambat pertumbuhan virus, jamur, dan bakteri. Pengawetan makanan menggunakan jeruk nipis telah dibuktikan pada dua jenis makanan, yaitu bolu dan nasi.
Metode pengawetan yang dilakukan pada pembuatan bolu gulung jagung yaitu dengan menambahkan 4% jeruk nipis ke dalam adonan. Cara ini telah diteliti dapat mempertahankan kualitas bolu hingga 6 hari penyimpanan. Sedangkan pada nasi, cara ini dapat menjaga kualitasnya hingga 4 hari atau sekitar 96 jam.
Cuka
Pada cuka terdapat kandungan asam setat sebesar 5% yang dapat membunuh bakteri dan mikroba penyebab makanan membusuk. Menurut berbagai sumber, cuka yang merupakan bahan pengawet dapat digunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti sayuran, buah-buahan, daging, maupun bakery. Prosesnya diawali dengan membuat larutan cuka, merendam makanan ke dalamnya, menyimpannya dalam wadah tertutup, lalu meletakkannya di tempat yang sejuk.Madu
Apabila Anda ingin mengawetkan makanan dalam madu, pastikan bahwa ia tertutup sempurna oleh madu dan disimpan di dalam wadah kedap udara. Alih-alih menggunakan formalin untuk mengawetkan fillet ikan, sebuah penelitian membuat terobosan dengan memanfaatkan madu sebagai pengganti pengawet berformalin.Kayu Manis
Kayu manis memiliki kandungan atsiri, terutama pada golongan cinnamaldehyde, saponin, dan polifenol yang bersifat antibakteri dan antifungi. Berdasarkan penelitian, kandungan tersebut dapat digunakan untuk mengawetkan ikan bandeng (Chanos chanos).Ekstraksi kayu manis yang paling efektif untuk menggunakannya sebagai bahan pengawet yaitu pada konsentrasi 50%. Konsentrasi tersebut dapat menghambat pembusukan ikan bandeng selama 1 x 24 jam dalam suhu ruangan.
Anda perlu mendapatkan ekstraksi kulit kayu manis menggunakan larutan etanol pro analisis sebagai pelarutnya untuk mendapatkan minyak atsiri yang terdapat di dalam kayu manis. Sayangnya, penggunaan metode ini kemungkinan besar akan menghasilkan ekstrak kayu manis yang mengandung alkohol. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Cabai Rawit
Saat ini sudah banyak orang yang beranjak untuk menggantikan antioksidan sintetis ke alami. Beruntungnya, keinginan ini dapat diwujudkan dengan menggunakan cabai rawit. Pasalnya, cabai rawit memiliki kandungan antioksidan dan antimikroba dengan senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, triterpenoid, dan steroid di dalamnya.Dari beberapa penelitian lainnya menyatakan bahwa rempah-rempah seperti lengkuas, kunyit, dan jahe dapat dijadikan pengawet alami. Disamping itu, tumbuhan yang menghasilkan cita rasa asam pada masakan juga dapat memberikan efek segar dan mampu mengawetkan makanan, terutama pada daging.
Tumbuhan lainnya yang dapat digunakan sebagai pengawet yaitu lengkuas, asam kandis, asam jawa, jeruk nipis, jeruk purut, boncik, rimpang tapai, nasi dingin, rebung asam, pekasam sawi, tempoyak, terong asam, dan lain sebagainya.
Banyaknya sumber daya alam yang dimiliki oleh negara kita ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan pengawet alami oleh rakyat dan pemerintah Indonesia. Saat bisa mengawetkan makanan dengan bahan alami, maka kualitas Sumber Daya Manusia di negara kita pun akan membaik.
Referensi
Awalumuttaqin, Ibnu Hiban. (2021). Cabai Rawit sebagai Pengaweet Alami. SPADA UNS. Diakses 02 Desember 2023 dari Universitas Sebelas Maret. spada.uns.ac.id.
Fauzan, Arlansyach Arlansyach Alwan. Pengawet Alami dari Cuka. (2021). Diakses 30 November 2023 dari https://spada.uns.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=105816
Kaseke, Hilda F.g., dan Ardi Makalang. (2015). Pengaruh Penambahan Gula Terhadap Lama Penyimpanan Kelapa Muda dalam Sirup. Jurnal Penelitian Teknologi Industri. Jurnal Penelitian Teknologi Industri. Volume 7. Nomor 1. Diakses 30 November 2023 dari Baristand Industri Manado. media.neliti.com.
Rahmania, Risa.. Jeruk Nipis sebagai Pengawet Alami. (2021). Diakses 30 November 202 dari https://spada.uns.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=105790
Ratnasari, Zainona, Ace Baehaki, dan Agus Supriadi. (2014). Penggunaan Garam, Sukrosa, dan Asam Sitrat Konsentrasi Rendah untuk Mempertahankan Mutu Fillet Ikan Gabus (Channa striata) yang Disimpan pada Suhu 4oC. Fishtech. Volume III. Nomor 01. Diakses 30 November 2023 dari Universitas Sriwijaya. ejournal.unsri.ac.id.
Sholahuddin, Muhammad Athoillah. (2020). Aplikasi Madu sebagai Bahan Halal Pengganti Pengawet Berformalin Produk Fillet Ikan pada Masa Transportasi. Journal of Halal Product and Research. Diakses 30 November 2023 dari Universitas Airlangga. e-journal.unair.ac.id.
Srimanunggal, Reka Rahayu., Djoko Windu P. Irawan, Budi Yulianto, dan Denok Indraswati. (2021). Efektivitas Ekstrak Kulit Kayu Manis sebagai Bahan Pengawet Alami pada Ikan Bandeng (Chanos chanos). Diakses 01 Desember 2023 dari Poltekkes Kemenkes Surabaya. repo.poltekkesdepkes-sby.ac.id.
Yanti, Hikma., Addrian Advinda, dan Gusti Eva Tavita. (2023). Pemanfaatan Tumbuhan Rempah dan Bumbu Tradisional oleh Masyarakat Desa Sebuduh Kecamatan Kembayan Kabupaten Sanggau. Jurnal Hutan Lestari. Diakses 02 Desember 2023 dari Universitas Tanjungpura.
Post a Comment
Post a Comment