Jangan berfikir bahwa rumah tangga akan terus menerus
bahagia. Jangan juga berfikir kalau jomblo akan terus menerus bahagia. Semua
itu belum pasti. Seseorang yang menikah sudah pasti ada resiko konflik dengan
pasangan. Sedangkan sisi beruntungnya jomblo
yaitu tidak ada resiko konflik dengan pasangan, karena dia belum
mempunyai pasangan. Meskipun dia juga sebenarnya memiliki konflik tersendiri,
yaitu konflik batin.
Realitanya, baik jomblo ataupun pasangan yang sudah menikah
pasti akan tetap Allah SWT uji. Ujian itu bisa berupa kesenangan maupun
kesusahan. Tidak ada pernikahan yang selalu bahagia, pasti ada saat dimana air
mata akan berderai. Namun justru itulah indahnya hidup. Dimana Allah SWT ingin
menguji hamba-Nya. Tentang sejauh mana keimanan seseorang, terlebih lagi jika
niat menikah itu adalah niat yang tulus ikhlas karena Allah SWT
Niat tulus ikhlas karena Allah SWT yang dimaksudkan yaitu
menikah untuk ibadah. Ketika sesuatu itu diniatkan untuk ibadah, berarti ia
akan menimbulkan dua konsekuensi antara bersyukur dan bersabar. Karena setelah
menikah kita akan menjalani ibadah maka
hidup kita setelah menikah pasti akan merasakan dua kondisi. Kondisi pertama
yaitu ketika mendapat kesenangan maka
akan kita syukuri. Akan tetapi ketika diberi kesusahan maka akan kita sabari.
Kedua hal tersebut juga merupakan suatu konsekuensi hidup seseorang.
Bisa jadi dalam pernikahan seseorang dzikir yang dilakukan
pertama kali adalah hamdalah, malam kedua berganti Masya Allah, malam ketiga
yaitu Subhanallah, malam keempat yaitu Astaghfirullah, malam ke lima menjadi
Innalillahi wa innailaihiraji’un, malam ke enam mulai La haula wala quwwata
illa billah, malam ketujuh berganti ganti dari astaghfirullah, innalillah,
terus menerus berganti seperti itu hingga tak kembali lagi ke hamdalah. Itulah
realita hidup yang Namanya ibadah.
Apakah jika ridak menikah lalu kita akan terus menerus
berada dalam kesananga? Tidak juga. Seseorang akan bahagia bukan karena
definisi bahwa bahagia adalah ketika dirinya akur. Definisi bahagia yang
sesungguhnya bukanlah itu. Definisi bahagia yang sesungguhnya yaitu ketika
engkau bersama Allah SWT. Jika engkau bersama Allah SWT maka pasti akan bahagia
meskipun pada saat yang bersamaan sedang dilanda masalah.
Jadi, kita tidak perlu khawatir. Kita juga tidak perlu
terpengaruh dengan romantisme-romantisme yang terkadang membuat kita bahwa
pernikahan seideal ini. Sehingga terkadang pasangan suami istri yang complain, “Kok pasangan saya ngga seperti dia
sih?” Kita lupa bahwa realitas kehidupan adalah menguji. Karena itu jangan
berharap kita hanya meraih kesenangan dunawi. Yang paling hakiki yaitu kita
menangis lalu membayangkan posisi kita di akhirat kelak.Karena yang paling
penting yaitu posisi kita di akhirat. Sehingga kita harus menyiapakan diri dan
mental kita.
Mental yang dimaksudkan untuk dipersiapkan yaitu mental
ibadah. Mental ibadah yaitu ketika seseorang dihidupkan ke dunia maka baik berada dalam kondisi menikah maupun
tidak meikah pun harus tetap siap di uji.
Post a Comment
Post a Comment