Part 4
Jika pasangan
kita memiliki sesuatu hal yang sekiranya dapat merusak, maka harus segera
mencari solusi. Salah satu hal pertama yang dapat kita lakukan yaitu berdiskusi
dengan ahlinya, misal berkonsultasi kepada psikolog ketika hal tersebut
berkaitan dengan kejiwaan.
3. Setelah mendapatkan solusi,
langkah berikutnya yaitu menyusun planning kedepannya. Dalam penyusunannya dimulai
dengan spiritualitas tentang kekuatan dari Allah SWT sehingga tidak ada lagi
kekosongan spiritualitas yang dimiliki diri kita dan pasangan. Banyak kerusakan
rumah tangga terjadi bukan hanya karena pasangan yang buruk, tetapi juga karena
ada campur tangan setan dan iblis. Campur tangan setan dan iblis inilah yang
terkadang membuat sikap kita justru semakin membakar api amarah antar pasangan.
Misalnya
pasangan sedang marah, lalu sikap kita dipenuhui oleh banyak prasangka karena bisikan
campur tangan setan dan iblis. Saat itu setan memberikan bisikan di benak kita
untuk bisa melakukan perlawanan. Lalu akhirnya kita membentak pasangan yang
sedang marah. Sehingga kemarahan yang ada semakin bertambah parah. Padahal
sebenarnya bisa jadi ada cara lain untuk bisa menyelesaikan amarah pasangan
tanpa harus menambah amarah di dalamnya. Semua hal itu bisa jadi karena
lemahnya spiritualitas kita.
Bisa jadi permasalahan
yang timbul karena kita berada pada posisi sebagai pasangan yang lemah dan
tidak bisa melindungi. Misal seorang istri yang menikah dengan seorang suami
yang lemah dan tidak bisa menjaga istri dari tekanan mental lingkungan sekitar
baik dari mertua ataupun ipar. Maka pada saat itulah seorang istri setidaknya mulai
meningkatkan kualitas spiritual dirinya sendiri terlebih dahulu. Lalu langkah
teknis selanjutnyalah yang perlu dikonsultasikan dengan para ahli.
Jika seorang suami
memiliki perilaku yang buruk, maka posisikan diri kita tidak melulu sebagai
korban saja. Upgrade posisi itu sehingga kita memiliki pemikiran yang terbuka
bahwa bisa jadi suami yang melakukan keburukan itu adalah suami yang
membutuhkan pertolongan. Suami yang melakukan kedzaliman bisa jadi merupakan
hasil dari pola pendidikan yang rusak di masa kecilnya. Bisa jadi dia
dibesarkan dengan kekerasan dan tidak mendapatkan asupan kasih sayang, lalu energi
negative itulah yang dia berikan kepada pasangannya. Bisa jadi dia sendiri
tidak menyadari bahwa apa yang dia lakukan adalah sesuatu yang tidak bisa dikendalikannya.
Dia ingin berkata yang baik dan mesra, tapi ternyata yang ada di otak dan
jiwanya justru hanya kalimat-kalimat sampah. Disitulah peran seorang istri
dibutuhkan. Istri bisa berupaya memperbaiki untuk mencarikan solusinya. Pertimbangkan
kemungkinan tentang kondisi suami yang bisa jadi selain pelaku kedzaliman
kepada diri kita, ternyata dia adalah korban dari luka-luka pengasuhan di masa
lalunya.
Hal ini juga
berlaku ketika seorang suami memiliki istri yang gampang marah, setiap saat
selalu menuntut cerai, lalu suami bersabar terus menerus. Hingga akhirnya menyadari
bahwa dia tidak melakukan assessment atau ta’aruf yang mendalam. Karena memang
ada orang yang ketika akan menikah hanya melihat sesuatu yang nampak saja. Baik
itu penampakan wajah, sosial media, prestasi, dan lain-lainnya.
Post a Comment
Post a Comment