Seringkali Tim Rumil Al-Hilya
mendapatkan pertanyaan yang disampaikan oleh Bapak-bapak dan Ibu-ibu tentang
apakah harus bertahan dengan pernikahan yang tidak sesuai harapan? Apakah saya
harus bertahan sedangkan suami menyakiti dan membuat saya tidak bisa
mendapatkan kebahagiaan? Apakah saya harus bertahan sedangkan istri sering
mengabaikan saya, bahkan melakukan sesuatu yang buruk dan membuat saya
melakukan pelampiasan lewat aktivitas maksiat lainnya?
Pertanyaan apakah harus bertahan
ini perlu untuk kita apresiasi. Mengapa?
Karena hal ini menunjukkan kondisi
seseorang yang menyadari bahwa cerai sejatinya menjadi pilihan. Dia tidak
langsung menganggap sebagai satu-satunya solusi atau menjadi satu solusi
langsung ketika seseorang menghadapi suatu permasalahan dalam rumah tangga. Nantinya
kita akan membahas hal ini dari sisi esensi syariah mengenai bagaimana menjaga
hak-hak individu yang agar tidak mendzalimi dan supaya pernikahan dapat
berjalan tanpa harus ada yang tersakiti.
Ketika dia bertanya apakah harus
bertahan, berarti ada niat baik bahwa dia ingin berusaha untuk berlepas dari
ikatan tersebut namun tetap menyadari bahwa ternyata harus diupayakan untuk
mencari solusi agar pernikahan ini tidak mudah karam. Karena meskipun pada
hakikatnya perceraian dibolehkan ketika ada ha-hal yang terdapat pada pernikahan
yang sulit dipertahankan, namun dia lebih memilih bertahan sambil memperbaiki,
maka bisa jadi itu lebih baik. Dikatakan bisa jadi lebih baik karena bertahan
ketika tidak ada solusi untuk memperbaiki, maka mungkin bisa menjadi sesuatu
yang dzalim bagi seseorang yang bertahan tersebut, pasangannya, dan anak-anaknya.
Ada seorang istri yang ketika
bertanya apakah aku harus bertahan lalu dia bercerita apa yang dilakukan
pasangannya dan dia sendiri tidak punya kuasa untuk mencegah keburukan pasangannya.
Lalu yang terjadi adalah, banyak sekali kerusakan dan kedzaliman yang terjadi.
Mulai dari si istri yang setiap harinya harus mengalami sakit yang bukan hanya
sekedar sakit fisik, tetapi juga sakit kejiwaan yang dia mendapatkan dampak
ketika suaminya melakukan kekerasan, kedzaliman bagi si anak ketika dia
dipertontonkan hal-hal yang buruk dari pernikahan ayah ibunya dan memunculkan stigma bahwa pernikahan
adalah hal yang menyeramkan. Beberapa orang akhirnya memutuskan untuk tidak
menikah karena dia sempat mendapatkan gambaran dari orang tuanya bahwa
pernikahan adalah sesuatu yang jelas ada kekerasan dan kedzaliman di dalamnya.
Post a Comment
Post a Comment