Setiap orang tua tentunya menginginkan hal terbaik untuk anak-anaknya. Termasuk tentang cara mendidik anaknya. Meskipun banyak yang memberikan edukasi tentang cara mendidik anak, namun kebanyakan tidak bisa menjangkaunya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Berikut ini adalah cuplikan rangkuman tentang tahapan Pendidikan anak yang disampaikan oleh Teh Karina Hakman. Apabila ada yang kurang tepat, mohon koreksinya disampaikan di kolom komentar ya 😊
Visi Pendidikan Anak
1. Minimalnya jangan sampai keluarga kita masuk neraka (QS.
At-Tahrim)
2. Ciri-ibadurrahman yaitu pasangan, keluarga, anaknya adalah
pemimpin dari orang-orang yang bertakwa. Dia tidak hanya bisa bertakwa untuk
dirinya tapi juga mengajak orang-orang yang bisa bermanfaat (QS. Al Furqon)
Visi yang besar ini akan mengubah
highlight dari frekuensi akal dan skala. Perhatikanlah ketika akan membuat
visi. Buatlah milestone by years yang akan diraih apa saja dalam kurikulum
Tahapan Pendidikan Anak
1.
Menentukan Visi Pendidikan
2.
Menentukan Milestone
Pendidikan
-
Saat Anak Menikah
-
Saat Baligh (ketika mimpi
basah bagi laki-laki, haid bagi perempuan, atau usia 15 tahun): saat mencapai
usia baligh dia bertanggung jawab atas amalnya sendiri. Tidak ada toleransi
untuk anak remaja.
-
Ketika Usia Anak 10 tahun
(diperbolehkan adanya hukuman setelah usia 10 tahun. Dengan catatan bahwa orang
tua sudah menjalankan seluruh tanggung jawabnya sampai usia si anak menjelang
10 tahun untuk mengajarkan segala hal yang seharusnya sudah diajarkan pada
anak). Pada usia 10 tahun ini, orang tua sudah boleh memberikan hukuman yang
tidak menyakiti si anak apabila ia tidak menjalankan ibadah sholat fardhu.
-
Ketika Usia Anak 7
tahun/tamyis. Pada usia ini, perintahkanlah anak untuk sholat secara baik dan
benar. Sehingga sebelum usia 7 tahun sudah mempersiapkan anak untuk bisa sholat
dengan baik dan benar dll. Pada usia 7 tahun ini, orang tua hanya diperintah
untuk memerintahkan sholat dan belum boleh memberikan hukuman apapun ketika
anak belum melakukannya.
-
Ketika Usia Anak 2 tahun
-
Milestone bisa berubah
sesuai dengan keinginan dan kemampuan si anak. Perhatikan bakat dan fitrah si
anak.
3.
Bidang Ajar yang harus
diajarkan pada anak 0-7 tahun
-
Bab Agama: Tauhid terkait
asma Allah, siapa itu Allah, makna dari asma Allah, mengucapkan hamdalah dan
jelaskan maknanya, tanamkan akidah agar anak paham. Berikutnya yaitu Sholat
yang mana berarti orang tua harus mengajarkan Al Quran. Untuk mengajarkan Al
Quran maka mereka juga harus paham tentang Rasul. Kenalkanlah Rasulullah.
Untuk mengenal rasulullah maka dia harus tahu akhlak kesehariannya
rasulullah.
-
Life skill: ajarkan rutinitas
harian tentang bab kemandirian, ajarkan agar ia bisa membantu urusan rumah
tangga yang terkait kebutuhan hajat hidupnya sendiri misal makan,
membersihkan baju, membersihkan tempat tidurnya, mencuci piring, dll.
Selanjutnya yaitu tentang Skill belajar. Orang tua hanya perlu
memfasilitasi keinginan dan kebutuhannya saat dia ingin belajar. Penuhi
keinginan anak. Apapun yang dia inginkan
maka fasilitasi. Misal anaknya suka merangkak maka siapkan tempat untuk dia
merangkak. Hal ini agar fitrah anak tetap terjaga.
-
Kesehatan: makanan sehat
dan gizi seimbang, tidur, dan olah tubuh yang baik. Sejak kecil berikan anak
makanan sehat, atur pola tidur yang baik, dan olah tubuh (olah raga).
4.
Metode
-
Memberikan keteladanan.
Sejak dia mulai disuapi ucapkan bismillah atau doa makan. Ketika ada adzan,
orang tua langsung mendirikan sholat. Sejak usia bayi saat dia menyusu lalu
melihat orang tua sambil baca Al-Quran/baca buku/dll. Ketika akan menggunakan
gadget, jelaskan apa yang orang tuanya lakukan dengan gadget. Agar dia tahu
bahwa orang tuanya hanya melakukan hal penting dengan gadgetnya.
-
Harmonisasi /Hubungan
yang dekat (bonding dengan orang tua) urgensi untuk mengetahui cara
komunikasi dengan anak, cara mengajari anak, cara berkenalan dengan anak dan
mengenali anak.
-
Pembiasaan penamaan
dan pemaknaan. Ketika anak sudah senang sholat, anak ingin meniru orang tua
maka tinggal melakukan pembiasaan. Ketika anak sudah senang sholat maka ajari
pemaknaan tentang sholat. Yang penting adalah kita menyampaikan bab rukun iman
dan islam kepada anak, persoalan kapan dia paham itu urusan nanti.
-
Melatih. Latihlah
anak terkait rutinitas kebersihan, kemandirian, ilmu, dll.
Hal-hal yang Harus Dijauhi
-
Distraksi atau gangguan
yang bertolak belakang dengan Pendidikan yang kita ajarkan. Misal game yang
addictive, kartun yang tidak baik, mencampur adukkan kebaikan dengan keburukan
misal yuk belajar alquran setelah ini boleh main gadget (ini khusus bagi anak
yang akalnya belum sempurna), pergaulan yang tidak baik, dll.
Poin-poin Penting
1. Ketika sebuah keluarga memilih homeschooling, maka mereka harus
bisa menerima satu paket. Pada waktu tertentu tetap lakukanlah evaluasi.
2. Dalam menentukan pelajaran yang akan diberikan kepada anak
sebaiknya mengikuti kemauan anak mau belajar apa.
3. Contoh manajemen waktu ketika memilih home schooling yaitu
pekerjaan rumah tangga dilakukan pada pagi hari. Kemudia kegiatan home
schooling dimulai jam 8.30 sampai jam 13.00 setelah itu mereka bisa memilih mau
tidur, main, atau membaca buku (itu terserah mereka). Pada dasarnya anak-anak
senang belajar. Ketika si anak
menanyakan sesuatu tapi kita tidak memahaminya maka jujur saja kepada anak
bahwa kita tidak mengetahui dan akan mencari jawabannya terlebih dahulu.
4. Penentuan kurikulum home schooling itu fleksibel semaunya anak
dan tahap perkembangannya si anak.
5. Ada evaluasi harian yang fleksibel, evaluasi bulanan, yang
dibahas target, masalah, solusi
6. Pembagian peran antara ayah bunda yaitu sesuaikan jam kerja
ayah. Sesuaikan dengan kemampuan dari ayah dan ibu. Perhatikan juga apakah
adanya kakak pendamping atau support system yang bisa diandalkan. Kita yang
bisa Analisa mana yang prioritas. Kunci pembagian peran adalah Allah yang
memegangnya.
Closing Statement
Teruslah menuntut ilmu. Manusia
itu terbatas. Maka dari itu mintalah pada Allah yang tak berbatas. Jaga
hubungan dengan Allah, insya Allah nanti akan dijaga oleh Allah. Jangan sampai
kita mengurangi kadar ibadah kita karena anak. Ingatlah bahwa kita akan
mengajari anak, maka kita harus mengajari anak tanpa mengurangi kadar ibadah
sebelumnya.
Post a Comment
Post a Comment