Part 3
Q: Ketika seorang anak melihat
pertengkaran orang tua yang disertai dengan kekerasan fisik dan verba, maka
apakah wajar jika si anak membenci pihak orang tua yang disakiti?
A: Pahami hal ini agar tahu hal
yang seharusnya dilakukan si anak kepada orang tuanya.
1. Apakah kebencian itu bermanfaat?
Menurut para ulama, sejatinya kebencian adalah racun yang hendak diberikan oleh
seseorang kepada orang lain tapi justru diri sendirilah yang meminumnya. Suatu
kebencian yang dipelihara sebetulnya malah membuat seseorang sakit.
2. Ketika anak membenci orang
tuanya maka ini berbicara mengenai bab birulwalidain. Yang mana bab
birulwalidain berarti bahwa berbuat baik kepada orang tua adalah suatu
kewajiban yang memang tidak mengenal prinsip balas jasa. Jangan sampai berfikir
ketika ayahnya baik maka anak baik dan jika si ayah tidak baik maka si anak
tidak mau berbuat baik pada ayahnya. Karena pada dasarnya berbuat baik kepada
orang tua adalah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT. Sejahat-jahatnya
orang tua, maka si anak harus tetap berbuat baik kepada keduanya Sebagaimana
yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim yang tetap berbuat baik dan menghormati orang
tuanya. Meskipun orang tuanya kafir, tapi Allah SWT tidak mengizinkan Nabi
Ibrahim untuk tidak mempergauli dengan cara yang ma’ruf.
3. Membela orang yang tersakiti
itu penting, disamping itu juga gunakanlah dalil yang mengungkapkan agar
menolong orang terdekatmu yang berbuat dzolim dan yang di dzolimi. Cara
menolong orang yang berbuat dzolim yaitu dengan mencari tahu apakah kedzoliman
yang diperbuatnya adalah hal yang dinikmatinya? Sesungguhnya, tidak ada satupun
orang yang menikmati perbuatan dzolimnya. Bisa jadi sikapnya berbuat dzolim ini
didorong oleh perilaku yang belum bisa dia ubah. Sebagian besar orang yang
melakukan kedzoliman adalah korban dari pola asuh orang tuanya saat dia masih
kecil. Sehingga ada luka jiwa yang berdampak keberbagai hal dalam hidupnya.
Misalnya, orang tua yang saat kecil dipukuli oleh orang tuanya saat ia masih
kecil terekam dalam otaknya akan perilaku menyerang itu dan dia lakukan kepada
orang lain. Oleh karena itu, cobalah memandang dari sisi yang lain. Pahamilah
ketika seseorang berbuat jahat maka penting bagi kita untuk menghentikan
kejahatannya. Cara untuk mengatasinya yaitu bukalah kesempatan kepada orang
yang berbuat dzolim itu agar bisa bercerita kepada kita. Jika kemudian dia
merasa butuh pertolongan maka kita bisa menawarkan professional yang
berkompeten di bidangnyaagar bisa membantunya.
Q: Apa yang harus dilakukan oleh
seorang istrisaat suami belum menunaikan nafkah batinnya padahal sudah satu
tahun menikah? Disamping itu suami lebih bersyahwat pada video porno homo dan
dia juga sangat suka memakai skincare perempuan. Apakah saya berdosa jika
berfikir untuk bercerai? Karena saya sudah tidak ingin dekat dan juga tidak
ingin kasar kepadanya
A: Memang suatu musibah ketika
seorang perempuan dinikahi oleh seorang laki-laki yang menyukia sesame jenis
hanya karena dia ingin beralibi dengan menutupi kondisinya yang sesungguhnya.
Homo terbagi menjadi dua yaitu homo ideologis dan homo tragis. Homo ideologis
ini ditandai dengan adanya kebencian yang mengakar pada dirinya terkait agama
dan aspek lainnya. Homo tragis yaitu perilaku homo yang mana disisi lain dia
masih memiliki Nurani. Meskipun masih memiliki Nurani, dia masih belum bisa
berlepas diri dari apa yang selama ini dilakukannya. Terlebih lagi dia juga
merasa menikmatinya dan tidak ada solusi untuk membantunya. Jika si lelaki tadi
masuk kategori homo ideologis, maka mungkin ada baiknya untuk meninggalkannya.
Namun jika dia termasuk dalam kategori homo tragis dan sebagai seorang istri
mau membantu dan mendapatkan pahala besar maka bantulah ia untuk kembali ke
jalan yang benar dan merubahnya menjadi lebih baik. Secara tidak sadar, setelah
seorang laki-laki menikahi perempuan maka ada hikmah pernikahan didalamnya.
Untuk itu ketika terjadi persoalan seperti yang disampaikan, maka ambillah
hikmah takdirnya. Bisa jadi Allah SWT sedang membuat pintu surga khusus untuk
si istri. Bukankah Allah SWT Maha Mengetahui? Bisa jadi puasa dan sholat si
istri belum cukup untuk membuatnya masuk surga, maka dari itu Allah persiapkan
pintu surga khusus untuk si istri melalui pintu kesabaran. Meskipun cerai itu
diperbolehkan, tapi jangan langsung mengambil pilihan tersebut sebelum kita
berusaha. Berdasarkan pengalaman yang pernah ada, seorang istri justru bisa
menjadi si penterapi utama bagi seorang suami yang termasuk gay. Hal pertama
yang bisa dilakukan yaitu membuka hati kita dan menanyakan pada suami apakah
dia nyaman dengan perilakunya itu. Kebanyakan dari mereka yang masih mempunyai
hati nurani maka akan merasa tidak nyaman dengan hal tersebut. Sayangnya mereka
akan berfikir bahwa dia tidak bisa berubah menjadi baik. Untuk itu, sebagai
seorang istri sebaiknya bisa meyakinkan suaminya bahwa dia masih bisa berubah.
Q: Bagaimana cara mensikapi
seorang suami yang memiliki tempramen tinggi, suka berzina dengan istri dan
perempuan kerjanya. Selain itu si suami juga tidak mau menceraikan karena dia
meminta istrinya yang melakukan gugatan cerai agar dia terhindar dari membayar
nafkah.
A: Sebelum memutuskan tindakan
apa yang akan dilakukan, maka seorang istri sebaiknya mengecek kondisinya. Hal
ini dilakukan agar si istri memahami apakah dia berada pada kondisi lemah yang
membuatnya tidak sanggup lagi bersamanya karena kerusakan karakter pasangannya.
Disamping itu, jika si suami juga tidak ada keinginan untuk berubah maka islam
memberikan kesempatan kepada seorang istri untuk melakukan gugatan cerai. Akan
tetapi jika istri melihat suami yang melakukan hal-hal tersebut karena dia
dalam kondisi “sakit”. Maksud dari sakit disini adalah orang-orang yang melakukan
kemaksiatan itu karena dia memiliki luka jiwa. Luka jiwa itu bisa saja karena
dia butuh kasih sayang, tidak pernah mendapat penghargaan, tidak pernah mendapatkan
kelekatan, dan tidak pernah mendapat apresiasi. Orang-orang yang seperti itu
biasanya dia adalah skin-hunger dimana pada masa kecilnya dia tidak atau kurang
mendapatkan sentuhan maupun pelukan dari orang tuanya. Mereka akan cenderung tumbuh
menjadi orang yang pelit, pemarah, dan pendendam. Jika si istri menelusuri pola
asuh suaminya kemudian menemukan fakta bahwa dia mengalami kekecewaan dari
orang tuanya, ditinggalkan, dan dilukai, maka seorang istri yang berempati bisa
membantu suami untuk memperbaiki dirinya tanpa memandang untung dan rugi.
Ketika akan memutuskan untuk membantu memperbaikinya, maka seorang istri harus
membersihkan dirinya dari kepentingan-kepentingan lain. Membersihkan diri dari
kepentingan lain ini juga berarti bahwa aka nada kemungkinan bahwa kepentingan
diri sendiri pun ada yang terabaikan.
Post a Comment
Post a Comment