MANDIRI MENGELOLA
SISA KONSUMSI DI ERA PANDEMI
_Kuliah Online
_Ibu DK Wardhani & Khalif_
BISMILLAH
YUK J
- Jadikan menuntut ilmu dan
pengaplikasiannya sebagai amal ibadah
- Perubahan apapun itu dimulai dari yang
paling kecil, dimulai dari diri kita sendiri.
- Antara kita – covid 19 – sisa
konsumsi.
Cara kita
mengolah sampah kita itu mayoritas dengan menaruhnya menjadi satu di kantung
plastic >> diambil tugas kebersihan >>> menganggap masalah soal
sampah itu selesai >>> lalu sampah-sampah itu akan dibawa oleh truk
sampah untuk dibawa ke TPA. Dimana setiap penduduk Indonesia akan menghasilkan
0,7 kg sampah per harinya. Jadi kalau 1 rumah terdiri dari 5 orang maka sampah
yang dihasilkan perharinya= 5 x 0,7 kg = 3,5 kg dimana 60 % nya sampah organic
dan 40 % nya sampah anorganik. Sumber sampah paling besar adalah sampah rumah
tangga (45-48%) dibanding dengan sampah dari fasilitas umum yang lain. Kita
mengharapkan bahwa di sistem pembuangan akhir kita itu ada proses, pemilahan,
pengolahan di pembuangan akhir, tapi nyatanya tidak. Mayoritas TPA open dumping
& control and fill.
- Gangguan yang ditimbulkan karena
sampah bisa berupa bau, visual & kematian satwa, jika ini terjadi maka
ini adalah salah satu bentuk kedzaliman kita kepada satwa, yang mana ini
akan berpengaruh pada kestabilan rantai makanan dan nantinya juga
mendzalimi manusia. Diantara sampah itu mengandung mikro plastic dan micro
scrub dari sabun yang kita pakai.
- Mayoritas kita melakukan aktivitas beli – pakai – buang.
Kita fikir hanya kita yang melakukan itu padahal jutaan orang lain juga
melakukan, tentu hal ini akan ada dampaknya.
- Islam mengajarkan kita secara
menyeluruh, seluruh adab sudah diajarkan dalam Islam. Maka umat Islam
seharusnya menjadi umat yang terdepan dan perduli menjaga kelestarian
alam. Bahkan Islam melarang segala bentuk pengrusakan kepada alam baik
secara langsung maupun tidak langsung.
- Tantangan yang kita hadapi: jam
operasional petugas kebersihan berkurang, godaan internal berupa panic
buying, Bank sampah tutup selama masa pandemic, tidak sebebas dahulu untuk
belanja minim sampah (sudah jarang yang curah). Tentunya ketika mempunyai tantangan maka kita
perlu merumuskan strategi yang lebih praktis dan solutif untuk masalah
itu.
- “SISA KONSUMSIKU, TANGGUNG JAWABKU”:
mengganti penyebutan sampah menjadi sisa konsumsi. Terminologi/istilah
kita menyebut sesuatu itu mempengaruhi bagaimana otak kita bekerja. Ketika
menyebutnya sampah maka kita merasa terburu-buru bahwa ini harus segera
disingkirkan dari rumah kita, bahwa ini harus bersih, bahwa ini harus
keluar, ini adalah urusannya petugas. Tapi ketika kita menyebutnya sisa
konsumsi maka kita akan berfikir bahwa yang mengkonsumsi adalah saya
berarti ini saya yang harus bertanggungjawab atas sisanya
- Strategi dasar kita adalah cegah – pilah - olah.
Cegah yaitu
mengusahakan agar tidak ada barang yang berpotensi menjadi sampah di rumah
kita. Misal kita punya sisa nasi lalu sisa nasinya kita jadikan cireng. Pilah yaitu
memisahkan sisa konsumsi yang sudah ada di dalam rumah sesuai dengan
kategorinya dan kemudian kita serahkan ke Lembaga pengelola. Olah yaitu sisa
konsumsi yang masih ada di dalam rumah kemudian kita kelola. Misalkan
dengan cara membuat kompos.
- Prinsip dari cegah – pilah – olah: harus selalu
mengutamakan mencegah, karena memilah & mengolah itu membuat kita
lelah. Jika kita utamakan cegah maka pilah & olah tidak membuat kita
Lelah.
- Tips dari cegah yaitu berfikir sebelum bertindak.
Jadi kita berfikir dulu, apakah benar kita harus membeli, apakah benar
kita tidak bisa bikin sendiri?, apakah benar kita tidak punya waktu untuk
membuat?, atau ada alternative lain
ngga?, apakah ojol itu satu-satunya alternative untuk kurir, atau bisa
ngga kita pakai cara yang lain?. Semua ini adalah pertanyaan yang
sebetulnya bisa kita jawab terlebih dahulu sebelum akhirnya kita melakukan
suatu tindakan.
- Cara Ibu Dini mencegah sampah (kresek, plastic,
kertas, dll) masuk ke dalam rumah: Belanja tanpa sampah di tempat yang
terdekat. Misal belanja ke teman yang jualan beras (meskipun tidak
beli 1 karung) dengan menggunakan karung yang nantinya karung ini bisa
dikembalikan, membeli sayur dengan membawa baskom/wadah sendiri. Untuk mencegah food waste
kita membuat perencanaan menu makanan mingguan dan kita juga belajar
menyimpan bahan pangan dengan baik. Untuk sayur dialasi dengan kain
kaos bekas/serbet/sapu tangan. Ikan dimasak setengah matang lalu bungkus
dengan daun. Supaya tidak jajan diluar, masak sendiri menu sehat dan berimbang dan
berusaha selama wabah ini dengan asupan gizi yang memiliki enzim hidup
- Ibu Dini sudah jarang panic buying karena
kebutuhan-kebutuhan yang bisa Ibu Dini buat sendiri maka dibuat sendiri di rumah.
Contoh: membuat susu kental manis, sabun mandi, roti, ragi alami, selai,
mengawetkan makanan itu bagaimana, membuat sabun cuci. Kemudian jika
terpaksa delivery maka yang dilakukan yaitu mencari supplier yang dapat
bekerja sama yang diawali dengan dialog agar bisa mengirimkan menggunakan
wadah yang bisa dikembalikan. Kita tidak sempat masak maka memilih untuk
catering dengan rantang sendiri, dengan cara meminta bantuan tetangga yang
tukang becak untuk ambil rantang di rumah Ibu Dini untuk dibawa ketempat
catering lalu rantang itu dibawa kembali ke rumah Ibu Dini.
- Memilah: Ketika ada kiriman yang masuk
kerumah dengan kemasan plastic maka kita pilah lalu cuci dan jemur plastic
itu sesuai protocol covid lalu simpan kemudian menabung sampah plastic ke
Bank sampah/ meletakkan di drop box yang tersedia di tempat-tempat
tertentu atau kita bisa mengirimnya ke Lembaga pengelola sampah (Cek web
KemenLH). Minyak jelantah dimasukkan ke dalam jerigen untuk dikumpulkan
kemudian diolah menjadi biodiesel. Pemilahan bisa dengan menyiapkan tempat
sampah lalu melabelinya sesuai material sampah
- Olah: Misal membuat sabun cuci dengan
minyak goreng bekas, lubang bio pori diisi dengan sisa konsumsi/organic,
kulit udang & kepalanya di oven sampai kering lalu di blender
digunakan sebagai pengganti MSG. Untuk sampah residu (missal saset yang
berlapis aluminium) yang tidak diterima oleh Bank sampah, bisa dijadikan
ecobrick.
- Prosedur belanja minim sampah saat
pandemic : saat belanja kita menggunakan masker yang bisa pakai ulang,
kemudian bisa menggunakan lengan Panjang, membawa wadah sendiri, membawa
handsanitizer/sabun & botol air di kendaraan kita, sampai dirumah
selalu lakukan prosedur kedatangan, cuci food countainer lalu jemur.
- Cara mendonasikan sembako yang minim
sampah: bisa memberi masker kain, memberi makanan dengan rantang, memberi
sembako dengan wadah dari kain segi empat kemudian diberi pesan hijau agar
wadah yang diberikan dapat digunakan kembali, memberikan sayur dan buah
dari petani local dengan wadah yang bisa dipakai ulang.
- Ketika bisnis rumahan: niatkan bisnis sebagai
ibadah, tidak menyakiti dan mengorbankan lingkungan itu juga ibadah. Jadi
lihat proses dari hulu hingga hilirnya. Proses mana yang menghasilkan
sampah & proses mana yang bisa diminimalkan sampahnya? Berikan pesan
hijau
- Pesan hijau: kita bisa menawarkan kepada
konsumen untuk membawa wadah sendiri baik berupa rantang atau food
container. Kita bisa pasang di platform bisnis kita bahwa kita mendukung
Gerakan less waste, jadi bagi siapa yang mau menggunakan wadahnya sendiri
maka akan mendapatkan diskon. Kita juga bisa menawarkan sistem
berlangganan, sehingga rantang/ wadah itu sebagai sistem deposit. Kita
juga bisa memberikan pesan hijau dengan menempelkan tulisan / semacam
kartu nama “ayo sayang bumi dengan menggunakan kembali kemasan ini” atau
“ayo baca bismillah sebelum makan”, “ayo duduk pada saat makan, gunakan
tangan kanan, dan jangan bersandar saat makan” ini bisa menjadi sarana
dakwah.
- Hidup berkesadaran itu sebetulnya
tidak mahal. Gunakan yang kita miliki yang ada di rumah sampai serusaknya
barang-barang yang kita miliki.
- Jangan sampai kita dalam ber zero waste, kita malah
terbawa arus konsumtif. Tidak perlu membeli barang baru untuk memulai
minim sampah. Dalam ber zero waste itu yang seharusnya kita tiru adalah
pemikirannya/filosofinya bukan malah life style barang mahalnya.
- Tips untuk membangun kesadaran ber zero waste yaitu
mengibaratkan seperti hidayah/panggilan yang harus dijemput maka ketika
mulai ada keresahan segera di tindaklajuti
- Mengampanyekan ber zero waste sejak kecil.
Sejak kita kecil selalu diajari “Ayo buang sampah pada tempatnya” coba
kalau yang diucapkan “Ayo
nak kita kurangi sampahnya. Ayo nak kita tidak membuat sampah. Ayo nak
kita tidak menyampah”. Salah satu cara yang bisa dilakukan di rumah
yaitu dengan meniadakan tempat sampah yang nantinya sampah itu di buang ke
TPA. Sehingga ketika ada sampah langsung diolah dengan membuat project keluarga
untuk mencegah sampah dan tidak membuat sampah. Samakan frekuensi di dalam
keluarga tentang sampah, bisa dengan menonoton youtube bersama,
membaca artikel/berita, dll. Biasanya ketika kita mengajak orang sepuh
maka akan ada gap, untuk bisa masuk ke lingkarannya kita bisa masuk melalui hal-hal yang
menjadi concern nya. Misal orang sepuh suka sedekah, jadi jelaskan
kalau sampah itu ketika dibersihkan dan dikumpulkan itu bisa dijadikan
sedekah. Lalu kita masuk dan mengajak lewat situ. Kalau dengan suami sebisa mungkin suami
dimudahkan, karena suami tidak suka diceramahi dan jangan membuat dia
merasa kerepotan / resah.
- Mulailah kampanye dari rumah dulu
dengan membuat project – project keluarga dari yang project-preject kecil
dulu.
- Untuk pemilihan sampah bisa disiapkan
wadah untuk masing-masing material lalu labelly (plastic, kertas, kaca,
logam, kaleng, dll) pastikan semua dalam kondisi bersih. Ketika sudah
terkumpul lalu kirimkan ke lembaga pengelolaan sampah/ startup pengelolaan
sampah bisa digoogling (bisa 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali) . Untuk
sampah batre/elektronik bisa search ewasterj
- Cara mengganti tisu yang biasa digunankan
untuk meniriskan minyak yaitu menggantinya dengan menggunakan Kertas
Merang. Karena kertas merang bisa dikomposkan meskipun berminyak.
- Sebenarnya bio pori hanya membutuhkan diameter 10-15 cm sehingga bisa dilakukan dengan membongkar 1 paving. Pembuatan biopori juga bisa dilakukan secara komunal, missal membuat biopori di fasum.
Post a Comment
Post a Comment