SAMAKAN FREKUENSI
- Mayoritas
anak-anak kategori balita 89% lebih menggunakan indra penglihatan, 10 %
menggunakan indra pendengaran, dan 1% menggunakan indra lainnya (perabaan
dan penciuman) ketika merespon kegiatan disekitar. Artinya anak-anak lebih
responsive ketika melihat daripada mendengar. Jadi ketika kita sebagai orang tua ingin
menanamkan habit kepada anak-anak, kita harus mencontohkannya terlebih
dahulu karena proporsi yang dia lihat lebih dominan dari pada apa yang dia
dengar.
- Akan
sulit ketika kita mendidik anak-anak untuk memanajemen bergedget yang baik tapi orang
tua addicted terhadap gadget, ketika orang tua membatasi anak menonton tv
sedangkan dia sering melihat ortunya menonton tv, atau anak-anak yang
didik /dinasehati untuk tepat waktu atau menggunakan waktu sebaik mungkin
sedangkan dia sering melihat ayah bundanya males-malesan.
MANAJEMEN GADGET PADA ANAK
- Influencer perilaku anak yaitu orang tua, siblings,
inner cycle (orang yang sering bertemu dengan anak di setiap
harinya), lingkungan, dan guru.
- Ada
2 jenis anak yaitu anak-anak digital native kids (1990 s.d saat ini) dan
anak-anak digital imigran kids (1970 s.d. 1989), kedua jenis anak ini
berbeda karakternya maka kegiatan yang dia lihat disekitar juga akan
mempengaruhinya.
- Sisi
baik gadget: anak-anak dapat menambah pengetahuannya, lebih tanggap dengan
teknologi, gadget dalam porsi yang pas dalam melatih fungsi otak baik itu
fungsi motoric, pengelihatan, dll.
- Sisi
buruk gadget: bahaya radiasi bagi kesehatan (misal imuntias menurun) dan
perkembangan anak (misal keterlambatan bicara, keterlambatan
bergerak/motoric/ gangguan retina mata), anak-anak yang over doze sehingga
anak susah memahami pelajaran, anak-anak mengalami hambatan psikologis
ketika kecanduan gadget, dll.
- Family quality time tergeser ketika anggota
berkumpul tapi masing-masing sibuk dengan gadgetnya. Maka orang tua harus
bisa memberikan contoh untuk memanage waktu dalam bergadget yang baik
dengan tidak bermain gadget saat bersama.
- Tips management gadget: perlihatkan pada anak bahwa
kita sebagai ortu hanya bergadget untuk hal-hal bermanfaat dan serius (misal
komunikasi dan urusan pekerjaan) dalam batasan waktu tertentu, sedangkan
bergedget untuk keperluan rekreatif sebisa mungkin jangan di depan anak
apalagi bersama anak bermain games. Terutama untuk anak-anak dibawah 5
tahun, karena mereka melihat lalu menirukan dan tidak bisa kita larang.
Lakukan kesepakatan bersama untuk waktu-waktu dimana gadget harus di
matikan terlebih dahulu.
- Pada usia 1-2 tahun no gadget karena mata anak-anak
belum siap karena ada berbagai cahaya yang keluar (salah satunya blue ray)
atau maksimal 1 jam/hari untuk anak usia dibawah 6 tahun (ini sudah
termasuk tv dan gadget).
- Teknis pendampingan:
-
Durasi: No gadget 1-2 tahun, screen time (tv, laptop, gadget,
dll) maksimal 2 jam untuk anak-anak . Misal anak smp >>> hari sekolah
no gadget dan week days bergadget sesuai kesepakatan
-
Konten: lakukan pengawasan
dengan memasukkan list rentang batas usia untuk anak dan bisa memanfaatkan
aplikasi untuk mengontrol konten di gadget anak (misal: kids place, kakatu parental control, screen time
parental control, appsnotifier, kid mode, dan Norton online family), kita awasi
secara manual juga (misal:
jangan berikan akses penuh pada kuota/wifi, cek review games tersebut untuk
anak-anak atau dewasa)
-
Mengedukasi anak untuk
berinternet dengan aman (misal:
tidak berbicara dengan orang asing, tidak membagikan data pribadi dimanapun dan
kepada siapapun, dll)
-
Membangun Self Filter pada
anak (membangun akidah & batasan yg √/x pada anak)
MANAJEMEN EMOSI PADA ANAK
- Orang
tua harus sudah mampu memanajemen emosi pada dirinya sendiri terlebih
dahulu sehingga bisa memberikan teladan kepada anak-anaknya.
- Mendidik
emosi anak dimulai dengan mencukupi kebutuhan emosinya sejak bayi.
- Pahami
perkembangan emosi pada bayi. Emosi bayi bisa dipicu oleh beberapa hal
yaitu bosan, lapar, tak nyaman, kesepian, dan sakit.
- Siklus
perkembangan emosi pada bayi: new born (ekspresi nyaman & tidak
nyaman) >>> 4-6 mgg (senyuman social) >>> 0-3 bln (emosi
dasar seperti sedih dan gembira) >>> 3-4 bln (emosi marah dan
terkejut) >>> 5-7 bln (takut) >>> 6-8 bln (malu).
- Memahami
arti tangisan bayi dan treat kebutuhannya berdasarkan tangisan itu.
Tangisan bayi disebabkan oleh beberapa hal yaitu tangisan lapar, tangisan
marah, tangisan frustasi, tangisan kesakitan, dll. Jadi tidak semua
tangisan bayi di treat dengan memberikan ASI.
- Cara
kita mendampingi perkembangan emosi anak yaitu dengan pelajari – catat
tumbuh kembangnya apakah sudah sesuai dengan perkembangannya – analisa
kebutuhan emosi berdasarkan tangisan – treat anak sesuai kebutuhannya.
- Siklus perkembangan emosi pada anak:
12-15 bln (depending feeling) >>> 2 thn (meniru reaksi emosi)
>>> 2-3 thn (diagnosis aturan benar salah) >>> 4-5 thn (fase
inisiatif dan baru mengenal konsep merasa bersalah) >>> 6 thn
(mulai memahami konsep merasa bersalah, mood swing, confident crisis)
>>> 7 thn (external focus)
- Faktor-faktor
yang sering menjadi kendala pada siklus perkembangan emosi anak yaitu ego
sentris, tantrum, kepercayaan diri yang kurang, & bullying
- Memberikan
pemahaman kepada anak bahwa emosi adalah hal yang natural. Setelah itu
ajak anak mengenal dan mengidentifikasi emosinya + cara menempatkan emosi.
- Treat
untuk mensikapi emosi anak yaitu dengan terapi kartu emosi, terapi seni,
berhitung lalu alirkan emosi, terapi dongeng, dll.
- Tips
Ummu Balqis saat anak tantrum: hentikan aktifitas kita segera >>>
ajak anak bicara >>> beri pelukan & ciuman >>>
alihkan perhatian >>> ajak anak bercanda >>> jika sudah
meledak, pindahkan ke tempat aman >>> temani sampai kesalnya
hilang >>> sampaikan bahwa kita mencintainya dan alasan logis
untuk tak tantrum lagi
- Meyakinkan diri bahwa seiring waktu tantrum
anak akan hilang, maka sebagai orang tua harus bersabar
- Jangan emosi saat sedang meredakan emosi
anak. Karena hampir sebagian besar anak mengalami tantrum.
- Ketika
anak bisa mengatasi tantrumnya maka apresiasi keberhasilannya itu
- Jangan
sampai anak menjadikan tantrumnya sebagai senjata untuk mendapatkan semua
hal yang dia mau. Jika memang itu tidak perlu/tidak bermanfaat untuk kita turuti
maka kita harus tegas dan sampaikan dengan baik. Beri pemahaman logis
bahwa tantrum hanya akan membuatnya capek.
MANAJEMEN WAKTU PADA ANAK
- Orang
tua harus sudah mampu memanajemen waktu pada dirinya sendiri terlebih
dahulu sehingga bisa memberikan teladan kepada anak-anaknya
- Mengenalkan
bagian-bagian hari pada anak (mengenalkan tentang pagi hari, siang hari,
sore hari, dan malam hari)
- Mengenalkan
anak tentang rutinitas harian (missal dipagi hari ada bangun pagi, mandi,
sarapan; di siang hari ada bermain, tidur siang, belajar; di malam hari
ada ganti piyama, tidur, dll)
- Mengenalkan
konsep waktu dengan durasi jam dan alokasi waktunya. Jelaskan konsep
pemahaman tentang cepat, lama, lebih lama dan lebih cepat
- Mengenalkan
konsep waktu untuk anak yang lebih kecil (Misal mengganti angka pada jam
dengan gambar-gambar ilustrasi alokasi waktunya. Sehingga anak-anak
terbiasa melihat jam dan anak-anak berimbang soal alokasi waktu)
- Memberikan
afirmasi positif dengan deep talking kepada anak-anak yang sudah mulai
tumbuh dewasa sedangkan dengan yang masih kecil dengan metode dongeng
- Mengajarkan
selfcompetition agar anak bersemangat untuk berkompetisi dengan dirinya
sendiri. Melatih anak untuk tepat waktu dan berlatih berkompetisi dengan
dirinya sendiri. Jangan terbiasa membantu anak untuk melakukan
aktivitasnya. Misal saat memakai sepatu, mandi, pakai baju, dll
- Kesepakatan
dengan anak tentang schedule singkat (Deal a short schedule)
- Ortu
menjadi alarm 15 menit sebelum ke agenda yang harus dilakukannya. Ini
melatih anak untuk teratur dan agar anak punya jeda waktu untuk beralih
aktivitas
- Ortu
memastikan schedulenya terlaksana tepat waktu dengan mengecek 10 menit
untuk schedule berikutnya
- Mengapresiasi
anak saat berhasil memanage waktunya dan biarkan anak merencanakan harinya
saat mereka sudah terlihat mulai bertanggung jawab.
Post a Comment
Post a Comment