NIKAH MUDA(H)
Cahyadi Takariawan
Wonderful Family
Institute
Materi ini saya dapat dari Kajian
Pranikah Online yang diselenggarakan oleh @akademipranikah.id. Pada rangkuman
ini hanya saya tuliskan poin inti dari yang saya tangkap. Semoga apa yang akan
saya sampaikan ini bisa di terima dengan baik meskipun tidak terdapat
penjelasan yang lebih detail.
14 KEUNTUNGAN
NIKAH MUDA
- Dapat menikmati petualangan hidup secara lengkap
bersama pasangan.
- Anda dan pasangan mungkin belum terbiasa dengan
cara hidup masing-masing. Tapi, Anda berdua bisa saling membentuk dan
menyesuaikan diri satu sama lain seiring berjalannya waktu.
- Anda akan belajar berkompromi dengan pasangan saat
harus mengambil beberapa keputusan besar dalam hidup.
- Saling mendukung. Ketika Anda berhasil
menyelesaikan pendidikan atau memulai karir, akan sangat menyenangkan
untuk memiliki seseorang yang selalu mendampingi dan menyemangati
sepanjang waktu.
- Anda mungkin miskin saat masih muda dan kondisi itu
akan membantu Anda belajar dan mendapatkan stabilitas keungan bersama.
- Jika ingin memulai sebuah keluarga, secara
reproduktif tubuh lebih siap untuk memiliki anak pada usia yang lebih muda.
- Terbiasa menjadikan orang lain (pasangan) sebagai
prioritas.
- Bisa merayakan banyak peristiwa berharga
bersama-sama dengan pasangan.
- Anda dan pasangan tumbuh dan belajar banyak hal
bersama.
- Melepaskan kebiasaan egois dan belajar melibatkan
orang lain (yakni pasangan) dalam segala hal.
- Anda berdua akan memiliki lebih banyak energi,
entah itu untuk bekerja atau membesarkan anak-anak bersama.
- Membuat rencana untuk masa depan akan lebih mudah
karena Anda dan pasangan telah membuat komitmen utama dan saling bekerja
sama sebagai satu unit.
- Ambisi dan impian tidak akan terhenti hanya karena
sudah menikah. Sebaliknya, Anda berdua menjadi kreatif dalam mencapai tujuan
pribadi.
- Pernikahan di usia muda membuat Anda berdua lebih
bertanggungjawab satu sama lain.
Source: Vixen Daily dan Popsugar
ROADMAP
>>> WONDERFUL JOURNEYS
- Membentuk karakter Pribadi: menjadi pribadi yang
shalih/shalihah, dewasa, pembelajar (ilmu dan keterampilan), mandiri,
produktif, kuat, tahan banting, penyabar, penyayang, dan pengasih.
- Manajemen Pergaulan: memahami kecenderungan
laki-laki dan perempuan, menetapi etika interaksi offline maupun online,
dan menjaga kehormatan diri.
- Mengenali Level Perasaan: terdapat 3 level perasaan
yaitu 1. Ketertarikan, 2. Kecenderungan, 3. Ketergantungan. Jika Anda
sudah berada pada level 3 maka Anda telah jatuh cinta. Setelah Anda
Mengenali level itu maka Anda harus mengelola perasaan itu.
- Mengenali Potensi Diri: mengenali keunggulan,
kelemahan, peluang, tantangan, dan hambatan.
- Menyusun Visi Kehidupan: menyusun komponen, tujuan
penyusunan, merumuskan dan pernyataan visi
- Menetapkan Kriteria Pasangan: Merumuskan kriteria
ideal > Menyusun argument > antara idealita dan realita
- Menyusun Proposal Nikah
- Memuliakan Orang Tua dan Orang Salih
- Mengikhtiarkan Jodoh: Usaha spiritual, Tindakan
nyata, dan membuka harapan yang luas
- Berharap dan Pasrah Hanya Kepada Allah SWT
•
Dalam Agama Islam perihal
pernikahan itu dimudahkan sedangkan perceraian itu dipersulit (dengan adanya
talak 1 – masa idah – akad ulang/tidak – talak 2 – masa idah – akad ulang/tidak
– talak 3, dst)
•
Apakah nikah itu sebegitu
sulitnya? || Jawabannya: TIDAK, syariat tidak menyulitkan. Yang menyulitkan itu
biasanya adat. Namun lebih tepatnya yang sebenarnya mempersulit adalah diri
kita sendiri. Karena adatpun bisa diatur sedemikian rupa sehingga adat itu
tidak menyulitkan suatu pernikahan.
•
Edukasi adalah hal yang
sangat urgent dalam menjalani kehidupan pernikahan nantinya
•
Muslimah boleh menawarkan
diri kepada laki-laki yang sholeh (hanya kepada laki-laki yang sholeh).
•
Menikah itu bukan tentang
umur, tapi menikah itu tentang akil dan baligh
•
Mahar itu lebih diutamakan
kepada sesuatu yang bersifat pemberian. Karena memberi mahar itu yang mudah dan
bukan yang murah. Mudah itu bukan berarti murah.
•
Jika yang menggugat cerai
adalah istri, maka si Istri mengembalikan mahar.
• Meskipun secara ajaran bahwa nikah itu mudah namun tidak boleh
sembarang dan harus dengan persiapan. Sembarangan yang dimaksud adalah tanpa
persiapan baik itu sosial, psikologis, kematangannya yang belum memadai, asal
menikah karena mengikuti trend, dll
•
Mendesain Pernikahan: Nikah
adalah soal kesadaran dan kesiapan. Maka dari itu desainlah pernikahan Anda
agar bisa menggapai Sakinah Mawaddah wa Rahmah. Penting untuk membentuk
karakter pribadi yang mana salah satunya adalah karakter pembelajar. Karena
sebanyak apapun belajar tentang ilmu pernikahan namun semua itu tidak akan
cukup untuk menapaki kehidupan rumah tangga sampai akhirnya. Ilmu itu tidak
bisa dimiliki hanya pada awal menikah saja. Karena itu kita harus membentuk
diri sebagai pribadi pembelajar.
•
Bolehkah menunda menikah?
|| Pada kondisi nikah hukumnya wajib, tidak boleh menunda menikah karena bisa
menimbulkan kemudharatan || Pada kondisi menikah hukumnya mubah dan sunnah
yaitu boleh menunda menikah dengan alasan yang syar’i
•
Episode kasih tak sampai
alias mencintai tanpa memiliki atau menyimpan rasa pada yang tidak halal itu
harus segera dibuang jauh-jauh. Jangan mencintai yang tidak Anda miliki. Anda
harus melepaskannya dengan sadar.
Perasaan itu ada levelnya yaitu 1. Ketertarikan (wajar karena menandakan
Anda normal) >>> 2. Kecenderungan (ada rasa suka yang masih bisa
dikendalikan diri) >>> 3. Ketergantungan (rasa suka yang mempunyai
efek ketergantungan, menganggap bahwa cuma mau sama dia). Jika sudah di level 3
/ level ketergantungan yang mana ini sudah tidak bisa dikendalikan maka pilihannya cuma 2 yaitu nikahi
dia sekarang atau tinggalkan dia sekarang juga. Jadi kalo sudah suka
sama dia maka segera ditempuh langkah untuk menikahinya. Rasa suka itu ada
jalan keluarnya. Nikah itu bukan tentang suka atau tidak suka karena rasa suka
itu bisa ditumbuhkan setelah akad. Anda tidak bisa memisahkan hati/perasaan dan badan (misal
hatinya untuk mantan dan badannya untuk pasangan yang halal). Boleh berdoa
dengan menyebut namanya tapi tidak boleh tertutup dan harus dengan do’a jika
dia baik untuk kehidupan dunia dan akhiratku maka nikahkanlah aku dengannya. Jangan membiarkan Anda dalam
kondisi yang tidak pasti dan jangan menganggap bahwa sesuatu yang tidak pasti adalah suatu
kepastian. Kenali level perasaan, ketika sudah jatuh cinta pada yang
belum halal maka istikharah pun hasilnya sama terus yaitu dengan orang itu.
•
Bermula dari kriteria
terlebih dahulu dan bukan bermula pada orangnya dulu
•
Orang tua menjadi sulit
mengizinkan anaknya menikah apabila si anak belum menunjukkan kesiapan (belum
mandiri, belum yakin dengan apa yang dilakukannya) Jadi, Ketika Anda ingin
dipermudah dalam menikah maka Anda harus yakin kepada diri Anda sendiri bahwa
Anda sudah siap menikah. Namun Ketika Anda sendiri belum yakin maka orang lain
juga akan mengetahui bahwa Anda belum yakin pada diri Anda sendiri. Argumen /
logika bisa dibangun, setinggi dan sehebat apapun logika Anda, tapi Ketika Anda tidak yakin
maka semua itu akan sangat mudah dipatahkan dan ketika Anda yakin maka Anda
akan mudah menyusun argument/logika. Lalu perlu membangun kedekatan dengan ortu sejak dari awal dan bukan hanya
ketika akan menikah. Selanjutnya jika ada adat dari keluarga besar maka bisa
diatur sedemikian rupa yang bisa dikomunikasikan antara anak dengan orang tua.
Karena maunya orang tua itu baik tapi kadang mereka lupa bahwa dulu mereka juga
memulai dari tidak memiliki apa-apa..
•
Rasa takut/kekhawatiran itu
ada 2 jenis yaitu kekhawatiran ringan dan kekhawatiran berat. Yang membedakan
kekhawatiran ini yaitu tergantung pada latar belakang. Jika kekhawatiran itu
berat biasanya muncul dari latarbelakang yang membuat dirinya traumatis.
Misalnya ayah ibunya yang berantem terus, terjadi KDRT, lalu dia menyaksikan
semua itu secara rutin maka akan menyebabkan trauma yang berat. Sedangkan
kekhawatiran yang ringan itu biasanya muncul karena sering dengar cerita dari
teman-temannya tentang problem rumah tangga lalu bercerai. Dikatakan ringan
karena dia bisa mengatasi kekhawatiran itu dengan cara yang adil misal jangan
hanya mendengar tentang keburukan dari pernikahan itu. Jika ada 30% dari
pernikahan berujung cerai lalu kita focus pada yang 30% itu maka kita akan
takut, maka cobalah untuk focus di 70% yang berhasil dengan pernikahannya.
Disinilah perlu adanya cara pandang positif tentang keluarganya (carilah
nilai-nilai positif yang ada di dalam keluarga). Namun jika itu berat maka Anda
tidak bisa menyelesaikannya sendiri dan Anda harus menyelesaikan kekhawatiran
berat tersebut dengan trauma healing.
Sembuhkan dulu trauma Anda, setelah itu baru menikah. Jika Anda menikah
dalam kondisi masih trauma maka akan ada kondisi pada pernikahan Anda dimana
trauma itu muncul dan akan berdampak buruk bagi pernikahan Anda. Kita harus
punya kesadaran diri tentang suatu hal yang berkaitan tentang ketakutan pada
diri sendiri/ memori ketidakbaikan di alam bawah sadar yang harus diangkat dan
diselesaikan. Jangan sampai memori-memori buruk itu belum Anda sesaikan lalu
Anda sudah berproses untuk menikah.
Post a Comment
Post a Comment